Takdir tak pernah bisa di rubah karena namanya juga ketetapan yang maha kuasa. Misal saya di takdirkan menjadi seorang yang miskin atau seorang yang kaya, saya di takdirkan mirip Jack Wilshere, rezeki saya di takdirkan seperti ini, saya di takdirkan berjodoh dengan si A, saya di takdirkan mati umur sekian. Itu semua sudah ada yang ngatur, yaitu sang kuasa, benar bukan? Jodoh, rejeki, mati semua sudah ada yang ngatur.
1. Rezeki
Jika rezeki di atur Tuhan, berarti Tuhan sudah mengatur rezeki pada tiap masing-masing manusia. Ada manusia yang rezekinya di takdirkan miskin, ada yang di takdirkan kaya. Jadi bisa di bilang, jika ada orang yang rezekinya di takdirkan miskin, bagaimana pun juga usaha orang itu, pada akhirnya orang itu pasti miskin, karena takdirnya demikian. Lalu jika ada orang yang di takdirkan kaya, maka usaha orang itu pasti berakhir menjadi kaya. Misal, rezeki saya oleh Tuhan di takdirkan miskin, berarti sudah pasti saya lahir dalam keadaan miskin, hidup dalam keadaan miskin, saya berusaha seperti apapun pada akhirnya tetap menjadi miskin. Atau bisa saja, saya di lahirkan dari keluarga yang kaya, hidup saya mewah, tapi karena Tuhan menakdirkan saya menjadi miskin, suatu saat saya pasti akan menjadi miskin. Berlaku demikian juga dengan orang yang di takdirkan kaya oleh Tuhan.
2. Jodoh
Oke yang kedua jodoh, setiap manusia di ciptakan berpasang-pasangan itu pasti. Akan tetapi, pemahaman di masyarakat tentang jodoh itu adalah orang yang sudah nikah. Maksut saya orang yang sudah nikah itu seperti ini, misal : Bambang sudah lama menjalin hubungan dengan Atun, sekitar 10 tahun lebih, dan akhirnya mereka melanjutkan hubungan mereka ke jenjang pernikahan. Pasti kita berpendapat kalau itulah jodoh Bambang. Atau saya coba memberi skenario lain. Setelah menjalin hubungan selama 10 tahun lebih, tiba-tiba dua sejoli ini (Bambang dan Atun) kandas di tengah jalan di karenakan Atun semakin gemuk mirip elpiji 3kg. Pasti orang di sekitar mereka bilang “wah berarti emang bukan jodohnya”, lalu mungkin ada pendapat kedua “Kalau memangjodoh, mereka akan balik lagi”.
3. Mati
Yang ketiga tentang kematian. Mati adalah takdir Tuhan yang tidak bisa di rubah-rubah, benar begitu? Saya mati umur berapapun itu takdir Tuhan yang tidak bisa di rubah-rubah. Saya mati dengan cara apapun adalah takdir Tuhan dan tak bisa di rubah-rubah. Misal, suatu hari Supri pergi ke Surabaya. Dalam perjalannya, motor yang di kendarai Supri tiba-tiba meledak, dan Supri pun tewas seketika. Bila merujuk pada pemahaman di atas, berarti Supri di takdirkan mati pada umur itu, hari itu, dengan kejadian itu. Benar begitu bukan?
Menurut saya…….
Jika rezeki, mati, dan jodoh adalah demikian, berarti takdir adalah sesuatu yang bersifat rahasia dan tidak bisa di rubah. Lalu bisakah saya bilang kalau Tuhan itu tidak adil dan Tuhan itu maha dzolim? Karena Tuhan se-enaknya mengatur manusia dengan rezeki miskin dan kaya, memberikan jodoh cantik, ganteng, jelek, nanti matinya gimana, umur berapa, dengan kejadian seperti apa tanpa kita bisa merubahnya. Lalu apa maksut Tuhan menyuruh kita berikhtiar dan berdoa? Kita di anjurkan untuk berdoa dan berikhtiar kepada Tuhan, tapi Tuhan sendiri sudah menetapkan kuasanya untuk tidak mau merubah-rubahdatabase kita disana. Ini gimana sih? Saya pengen kaya , berarti saya disuruh berdoa dan berikhtiar, sementara oleh Tuhan saya ini di takdirkan miskin, berarti tetap saja saya akan miskin dong?
Memang Tuhan maha kuasa dan maha mengetahui daripada hambaNya, dan saya percaya memang takdir kita sudah di atur Tuhan, tapi saya percaya juga bahwa manusia bisa mengubah seluruh takdir yang ada dalamdatabase Tuhan. Entah mati, rezeki, dan jodoh. Karena kita di beri akal oleh Tuhan, dan Tuhan sudah bilang kita adalah ciptaan terbaik. Tuhan tidak perlu mengatur kita dengan takdir yang tak bisa di ubah, karena Tuhan sudah menganugerahi kita akal dan dengan akal itulah manusia bisa menentukan mana yang baik mana yang jelek.
Bagi saya takdir adalah konsekuensi dan hasil akhir dari pilihan manusia yang di pengaruhi hukum kausalitas. Saya contohkan (maaf) tukang becak. Kenapa dia jadi tukang becak? Apa karena takdir Tuhan dia jadi tukang becak? Apa takdir Tuhan juga dia miskin gara-gara kerjanya menjadi tukang becak?. Bagi saya tidak, seseorang menjadi tukang becak karena di pengaruhi sebab akibat dan ikhtiarnya, bukan takdir Tuhan seperti itu. Misal orang tersebut dulu waktu kecil nggak mau sekolah, akhirnya dia tak punya ijazah pendidikan, karena butuh pekerjaan dia mencari pekerjaan, tapi tak kunjung dapat karena dia tak punya ijazah, dan karena mendapat jalan buntu, maka dia memutuskan untuk menjadi tukang becak. Menjadi tukang becak pun tetap ada sebab akibat, jika dia ulet maka ia akan mendapat penghasilan lebih setiap hari, tetapi jika dia bekerja malas-malasan, maka yang di dapat ya seadanya.
Jadi sudah jelas bukan Tuhan yang menjadikan hambaNya tukang becak dan menjadi miskin, tapi “sebab tidak mau sekolah, akibatnya tak punya ijazah pendidikan, sebab tak punya ijazah pendidikan, akibatnya dia tidak bisa melamar kerja, dan sebab dia tidak bisa melamar kerja, akibatnya dia menjadi tukang becak” ini kan sudah jelas bukan takdir atau hukum Tuhan lagi yang bermain, tetapi pilihan-pilihan manusia. Karena memilih tidak sekolah akhirnya menjadi tukang becak, kalau memilih sekolah pasti tidak akan menjadi tukang becak. Dan kalau pun lebih memilih berdagang daripada jadi tukang becak, mungkin tidak akan hidup kekurangan. Itu semua pilihan-pilihan manusia melalui akal yang di anugerahkan Tuhan, dan bukan takdir Tuhan.
Begitu juga dengan mati dan jodoh. Semua manusia pasti akan mati, itu sudah jelas. Akan tetapi mati juga hasil akhir dari pilihan manusia yang tak lepas dari sebab akibat. Misal, ada orang mati karena kecelakaan, apa takdir Tuhan dia mati kecelakaan? Bagi saya belum tentu, itu pasti ada sebab akibat. Mungkin karena kendaraannya mengalami masalah, atau mungkin karena orang tersebut semalem habis begadang nonton bola, akhirnya paginya ngantuk dan membuat orang tersebut ketika nyetir kendaraan nggak fokus. Uje yang begitu di elu-elukan masyarakat karena kealimannya, serta kedekatannya dengan Tuhan, tapi beliau meninggal dalam kecelakaan. Apa takdir Tuhan kepada Uje demikian? Apa Tuhan dzalim menakdirkan hamba yang dekat dengannya melalui kecelakaan?
Ataupun manusia umurnya lebih panjang dari yang di takdirkan Tuhan menurut saya juga bisa. Contoh : Supri orang miskin, akan tetapi Supri orangnya baik hati, sehingga mempunyai relasi yang banyak serta silaturahmi yang baik dengan masyarakat. Suatu hari Supri terkena ambeyen cukup kronis dan menyebabkan ia koma, tapi di sisi lain ia miskin dan tak punya dana untuk berobat, dan jika tidak segera di tolong ia akan meninggal. Lalu datanglah kawan-kawan Supri membantu Supri untuk segera mendapat penanganan medis, sehingga Supri pun kembali sehat. Bukankah ini benar bahwa silaturahmi bisa memperpanjang umur?
Lalu selanjutnya jodoh. Jodoh juga manusia yang menentukan dengan pilihan-pilihannya. Karena jika jodoh Tuhan yang menentukan, kenapa harus ada perceraian? Padahal kan sudah jelas itu jodoh dari Tuhan. Lalu bagaimana juga dengan orang poligami? Apa orang poligami itu berarti jodohnya banyak? Atau bagaimana juga dengan orang yang menikah karena hamil di luar nikah? Apa takdir Tuhan mempertemukan jodoh orang tersebut melalui hamil di luar nikah? Kan jelas sekali bahwa manusialah yang menentukan pasangan masing-masing dengan akal. Bambang ingin menikah dengan Atun, ya sudah tinggal melamar Atun lalu menikah, Selesai. Bukan nunggu lama-lama yang akhirnya hubungan mereka kandas, dan di bilang “Memang bukan jodohnya”.
Jadi janganlah kita terlalu terpaku pada takdir. Tuhan sudah berfirman pada surat Ar-Rad ayat 11 bahwa “…. Sesungguhnya Allah tidak merubah suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri….”. Dari redaksi ayat tersebut, kita bisa menangkap bahwa manusia sudah diberikan kuasa penuh oleh Tuhan untuk merubah-rubah hidupnya. Bahkan Rasul pernah bersabda “Jika tanganmu tergores, itu berarti akibat perbuatanmu sendiri” Kita kerja keras pasti akan dapat hasil maksimal, kita malas-malasan pasti akan dapat hasil biasa-biasa saja. Kita nyebrang nggak ngawur kita pasti selamat, tapi jika kita nyebrang ngawur kita pasti akan tertabrak. Jadi jangan pernah menyalahkan Tuhan atas semua yang terjadi pada kita, karena Tuhan tak pernah dzalim pada hambaNya, Maha Suci Tuhan dari segala sifat jelek.
Manusia akan selalu menjadi otonom dengan selalu ikhtiar dan berdoa kepada sang Khalik.
Demikianlah bahasan takdir tentang jodoh, mati dan rezeki dari kacamata saya. Bila ada teman-teman yang berbeda pendapat dengan saya atau memberi saran dan masukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar